Rabu, 19 Desember 2018



INDAHNYA GUNUNG PAPANDAYAN

GARUT, KOMPAS.com - Gunung Papandayan merupakan gunung api aktif jenis stratovolcano yang berketinggian 2.856 meter di atas permukaan laut adalah salah satu pilihan gunung yang menawarkan sensasi petualangan bersama rekan-rekan perjalanan. Dengan medan pendakian yang dianggap landai dan cenderung mudah, pendaki gunung kerap menjadikan pilihan untuk pendaki gunung. Dengan medan pendakian yang cenderung landai ini sangat cocok buat pendaki pemula untuk mengenal medan dan suasana gunung.  Gunung Papandayan sendiri terletak Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Perjalanan menuju Gunung Papandayan dari Kota Jakarta menempuh waktu sekitar 4-6 jam. Melalui Terminal Bus Primajasa di Cililitan, Jakarta Timur. atau Terminal Kampung Rambutan, Bus menuju Terminal Guntur Garut berangkat pada pukul 06.00 WIB. Bus Primajasa tujuan Terminal Guntur Garut terakhir berangkat pada pukul 22.00 WIB. Di Terminal Bus Primajasa Cililitan / Kp. Rambutan, bus berangkat pertama kali pada pukul 03.30 WIB dan berangkat setiap 45 menit. Harga tiket bus Primajasa dari Cililitan/Kp. Rambutan ke Terminal Garut, yakni Rp 52.000.

Dari Terminal Guntur Garut, pendaki bisa menggunakan angkutan kota berjenis minibus tujuan Pasar Cisurupan. Jika tak menyewa, harga yang dibutuhkan adalah Rp 13.000 sampai pertigaan Pasar Cisurupan tetapi jika menyewa angkutan tersebut pada malam hari, harga yang ditawarkan adalah Rp 20.000. Perjalanan dari Terminal Guntur Garut ke pertigaan Pasar Cisurupan ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Kemudian, dari pertigaan Pasar Cisurupan, moda transportasi yang bisa digunakan adalah ojek motor dan juga mobil pikap.

Untuk ojek motor, moda transportasi ini tersedia hingga pukul 17.00 WIB dan bertarif sekitar Rp 20.000 - Rp 25.000. Sementara, mobil pikap harus berisi 16 orang dan bertarif per orang yakni Rp 20.000. Perjalanan dari pertigaan Pasar Cisurupan sampai titik awal pendakian ditempuh sekitar 30 menit. Titik awal pendakian di cam David, banyak warung dan parkiran mobil motor yang cukup luas.

Logistik pendakian Makanan adalah hal yang perlu disiapkan ketika mendaki gunung. Jika ingin mendaki Gunung Papandayan, pendaki bisa membeli bahan makanan di Pasar Cisurupan maupun toko serba ada di dekat pasar. Usahakan untuk tetap membeli lauk pauk bergizi untuk modal energi pendakian walaupun di pos-pos pendakian terdapat warung yang menawarkan makanan. Di warung-warung tersebut, hanya menyediakan makanan-makanan ringan seperti mie instan, kopi, teh, dan juga gorengan. Pakai sepatu Sandal gunung bisa menjadi alternatif alas kaki ketika mendaki gunung. Namun, lebih disarankan untuk menggunakan sepatu yang menutupi mata kaki agar kenyamanan dan keselamatan lebih terjaga.




 Di awal pendakian Gunung Papandayan, medan yang ditemui adalah aneka ukuran bongkahan batu yang licin dan tajam. Selain itu, beberapa jalur berkontur tanah gembur. Penggunaan sepatu akan melindungi kaki dari ancaman tergores dan juga membantu mencengkeram tanah.









Gunung Papandayan adalah gunung stratovolcano yang masih aktif memproduksi gas belerang di kawah. Saat melintasi awal medan pendakian yakni Camp David menuju Puncak Kawah, banyak dijumpai gelembung gelembung  gas belerang dibalik bebatuan volkanik yang bisa terhirup. Gunakanlah masker dari kain atau buff.




                                         



                                                endapan belerang / sulfur (warna kuning )


Salah satu daya tarik Gunung Papandayan adalah berfoto di Hutan Mati. Pohon-pohon yang mati karena terkena letusan Gunung Papandayan. Di sana, kabut kerap turun dan menghalangi pandangan mata. Hindari berjalan di tengah kabut saat berada di Hutan Mati karena akan rawan tersasar akibat kabut yang menghalangi dan medan yang homogen. Hutan mati ini diperkirakan merupakan jalan awan panas (Glowing avalance) turun dari kawah saat terjadi erupsi th 2002. Mata Air Ketika mendaki Gunung Papandayan, tak perlu khawatir kekurangan air bersih maupun air minum. Jika kekurangan air, pendaki bisa mengisi ulang di pos-pos pendakian seperti Pos Pundak Kawah, Pos Persimpangan Pondok Salada



                           Salah satu sisi kawah gn Papandayang dengan danau kawahnya









                                        sekitar hutan mati
















Selasa, 18 Desember 2018

PENDAKIAN GUNUNG ARJUNA



Puncak gunung Arjuna Kab. Malang JawaTimur, dengan latarbelakang gunung Semeru
















Gunung Arjuno (terkadang dieja Gunung Arjuna) adalah sebuah gunung berapi kerucut (istirahat) di Jawa TimurIndonesia dengan ketinggian 3.339 m dpl. Gunung Arjuno secara administratif terletak di perbatasan Kota BatuKabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan dan berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soerjo. Gunung Arjuno merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Raung
Gunung Arjuna ini bersebelahan dengan gn Welirang. ada tiga jalur yang bisa dipilah Untuk mencapai puncak gn arjuna jalur Lawang ( 10 jam mencapai puncak ), jalur tretes (12 jam )dan  jalur Selecta ( 10 jam )

Pendakian ini saya pilih jalur Tretes. Kebetulan saya masih bekerja di pengeboran sumur Sukowati Petrochina east Java  Bojonegoro.
Berangkat pagi dari bojonegoro menuju surabaya turun di terminal bus, Dari Surabaya saya naik bus jurusan Malang atau sebaliknya, turun di Pandaan dan ganti kendaraan ke jurusan Tretes. Kendaraan yang menuju kawasan wisata Tretes ini berupa Izusu L300 yang berhenti di pertigaan Pasar Buah Pandaan. Dengan tarif Rp.5.000,- per orang. Turun di depan hotel Tanjung. Pos pelaporan/pendaftaran pendakian berada di depan hotel Tanjung.

Dari Pos pendaftaran saya diperkenalkan dengan guide saya yang kebetulan penambang belerang di gn Welirang. Pada jam 18:00 bersama guide saya  berjalan mengikuti jalan aspal sekitar 200 meter kita akan sampai di pintu masuk Taman Wisata Air Terjun Kaket Bodo yang berada di belakang hotel Surya. Dari pintu masuk ini jalanan sudah di semen hingga Pos Pet Bocor atau Air Terjun.

Berjalan sekitar 200 meter kita akan bertemu dengan percabangan yang ke kanan menuju Bumi Perkemahan dan Air Terjun Kakek Bodo. Sedangkan ke kiri (lurus) menuju Pet Bocor arah menuju puncak Gunung Welirang.

Hingga Pet Bocor jalur masih rapi disemen dengan kemiringan yang sangat tajam, sehingga bisa dijadikan pemanasan pendakian yang cukup menguras nafas dan tenaga. Dengan suasana lingkungan yang bersih dan sejuk karena masih terlindungi oleh pohon-pohon besar.
Setelah berjalan sekitar 45 menit sampailah kita di Pos Pet Bocor. Di Pet Bocor terdapat tempat yang sangat luas untuk membuka beberapa tenda. Terdapat pula sumber air yang berasal dari pipa-pipa saluran air yang bocor. Pada hari-hari libur terdapat warung makanan.

Setelah berjalan sekitar 4 jam (sekitar jam 24:00), sampailah di Pos Kokopan. Kokopan berada diketinggian 1500 mdpl, terdapat pondok-pondok yang didirikan oleh para penambang Belerang. Terdapat pula sungai kecil yang airnya cukup melimpah. serta dilengkapi dengan MCK sederhana.

Di Pos ini kami istirahat di gubuk milik guide saya... masak mie instant, makan malam, duingiiiin bangeet.





Gubug penambang sulfur gn Welirang.


Tidur malam juga tidak bisa tidur nyenyak.... jam 03:00 kami lanjutkan pendakian ke puncak gn Arjuna. Udara pagi yang dingin seolah tidak terasa, karena dengan jalan pagi ini badan cukup bikin keringetan. pemandangan pagi samar samar terlihat seiring munculnya sinar mentari .....  jam 08:00 kami sampai puncak arjuna. Puncak merupa batu volkanik, tidak terdapat hawah seperti layaknya gunung api lain di jawa. Menandakan bahwa gunung Arjuna sudah lama tidak menunjukkan keaktifan volkaniknya.
Di puncak kami bertemu dengan kelompok pendaki mahasiswa univ. Pakuan Bogor, mereka dari gunung bromo lanjut ke Arjuna, rencana sampai ke Semeru.



puncak gn Arjuna 

Di puncak foto foto sebentar, lanjut turun ...... sampai di gubug penambang sulfur, bertemu dengan rombongan touris dari mancanegara














PENDAKIAN GUNUNG SLAMET



PENDAKIAN GUNUNG SLAMET


Gunung Slamet yang akan saya daki ini merupakan gunung berapi aktif tertinggi di jawa tengah ( 3428 mdpl). Gunung ini terletak di empat kabupaten tegal, Purbalingga, Purwokerto, Brebes, Banyumas dan Pemalang. 
Jalur pendakian standar adalah dari Blambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain adalah dari Baturraden dan dari Desa Gambuhan, Desa Jurangmangu dan Desa Gunungsari di Kabupaten Pemalang. Selain itu ada pula jalur yang baru saja diresmikan tahun 2013 lalu, yaitu jalur Dhipajaya yang terletak di Kabupaten Pemalang.
Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air. Pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor penyulit lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.
Jalur pendakian lainnya adalah melalui objek wisata pemandian air panas Guci, Kabupaten Tegal. Meskipun terjal, rute ini menyajikan pemandangan yang paling baik. Kawasan Guci dapat ditempuh dari Slawi menuju daerah Tuwel melewati Lebaksiu
Pendakianku kali ini sebenarnya saya lakukan tanggal 16 agustus 2018, dengan rencana merayakan 17 agustus di puncak.

Tanggal 15 agustus 2018 jam 13:00 saya berangkat dengan Gojek dari rumah Binagriya Pekalongan ke Kajen menghampiri teman (ketemu di FB) untuk berangkat bersama. 
Dari kajen jam 14:00 berangkat berboncengan menggunakan motor metic Beat. menuju desa Bambangan kab Purbalinggo salah satu pintu gerbang pendakian puncak gunung Slamet.



                         saya dan Tito
                        Jalur yang akan kami lalui adalah jalur Bambangan kab Purbalingga.

Dari Kajen kami menuju melalui Bantarbolang, Randudongkal, Belik terus menuju Bambangan melalui jalan aspal bagus meliukliuk kerkelok naik turun... asyiiik.


                                     Bantarbolang kab. Pemalang struktur lipatan perselingan batupasir    
                                     batulempung tufaan.

jam 16:00 kami nyampe pos Bambangan, segera lapor camp dan periksa kesehatan karena kami tidak membawa surat keterangan sehat. rupanya disini tersedia paramedis untuk periksa kesehatan. 
Istirahat sebentar, disini rupanya sedang musim kemarau sehingga susah air, tetapi tak usah khawatir di pos bambangan tersedia air untuk buang air dan mandi. 

Menginap semalam gratis di pos Bambangan, di sekitar pos banyak rumah penduduk yang menyediakan ruang untuk sekedar tidur sekalian warung makan yang buka sampai tengah malam. 

16 Agustus 2018

Pagi setelah makan pagi dan menyapkan perbekalan terutama air minum yang cukup banyak karena selama perjalanan kelak tidak ada mata air. apalagi ini musim kemarau.... jarang air.. mata air pada kering.
kami berangkat jam 08:00 mulai start trekking menuju puncak.



pos #1


 Pos #2




pos #3







Jangan kuatir sampai pos #4 masih dijumpai panjual makanan/minuman (roti, buah gorengan nasi minuman kemasan). Setalah pos #4 soal harga tentunya makin keatas makin mahal to ya.... hahahah nah dari pos#4 sampai puncak  tidak ada orang jualan lagi..... 


                                                       sekitar  Pos#5

jam 15:00 kami nyampe di pos #7 ( pos terakhir pos #8 ). Di pos#7 inilah  kami menginap dirikan tenda, malam itu penuh tenda rame banget karena pada ingin 17 an di puncak.bahkan ada yang tidur di rerumputan tidak bertenda . 

17 Agustus 2018

Jam 02:00 kami mulai tracking menuju puncak. Treck terakhir menuju puncak berupa pasir kerikil lepas yang agak susah dan sering mrosot jika diinkjak, jadi perlu hati hati. 
Di trek terakhir ini kami disuguhi pemandangan indah persis saat berada diatas awan, menunggu sun rise.... 



                                          posisi di atas awan menunggu sun rise

sekitar jam 06:00 17 Agustus 2018 kami sampai puncak ketinggian 3528 mdpl. legaaa... semua capek terbayar tuntas







Setelah foto foto dan upacara  17 agustus kami turun kembali ke bambangan .









KE PEMUKIMAN BADUI DALAM DESA CIBEO LEBAK,BANTEN



 PEMUKIMAN SUKU BADUI DALAM

Pertengahan Desember 2018, saya bersolo traveling dengan tujuan masuk ke pemukiman suku Badui Dalam, penasaran aja sih mau lihat bagaimana kehidupan suku yang hingga kini menolak segala jenis hasil modernisasi. Suku Badui terbagi menjadi dua yaitu suku badui dalam yang menolak segala bentuk peradapan modern (tanpa ada HP, TV, sabu, sampo, dll,bahkan sandalpun mereka tidak memakainya) dan suku badui luar yang sudah beradaptasi dengan kehidupan modern, mereka sudah biasa memakai handphone, memasak juga dengan kompor gas.

Oke pagi jam 06:00 saya sudah pesan gojek menuju stasiun Tanahabang.... ongkos cash Rp 40000.  wuuush.... jam 07:00 sampailah saya di stasiun Tanah abang dengan diselingi bbrapa kali salah jalan.... maklun driver gojek kayaknya ga hapal jalan sekitar stasiun...hehehe.
setelah membeli tiket seharga Rp8.000, murah yah...Jam 07:50 Kereta commuter jurusan Rangkasbitung mulai berangkat, dan jam 10:00 sampailah di stasiun Rangkasbitung.
Keluar dari stasiun saya naik ELF jurusan Ciboleger dengan biaya Rp 25000,-. Dengan melalui jalan berkelok dengan pemandangan menawan selama perjalanan yang memakan waktu 2,5 jam, sampailah saya ke desa ciboleger yang merupakan pintu gerbang masuk pemukiman Badui.





                                             Patung keluarga dua anak desa Ciboleger

Sesampainya di desa sudah ada banyak pengunjung dari siswa sekolah maupun umum yang siap siap untuk naik ke lokasi pemukiman suku Badui. Begitu turun dari kendaraan saya langsung disambut oleh pemuda setempat yang bersedia mengantar saya ke pemukiman badui dalam di desa cibeo. Disitu juga ada beberapa pemuda baik suku badui dalam (berikat kepala putih dan baju putih, maupun dari suku badui luar yang berikat kepala hitam pakaian hitam)
Hari itu panas terik menyengat saya istirahat sebentar, sholat jamak dhuhur dan ashar. Serta mempersiapkan perbekalan terutama ikan asin (yang paling disuka ), kopi teh yang akan dimasak oleh pemilik rumah yang nanti untuk saya menginap. Kata teman baru saya itu ga perlu bawa beras segala cukuplah. Uniknya lagi teman saya ini mau mempertemukan saya dengan raja (kepala suku) Badui Dalam..... (hehehe ... yah itung itung beramal dan ingin tau aja sosok kepala suku Badui dalam)...
Kami berdua rencana mulai naik sore sekitar jam 17:00 agak teduh, karena siang ini sangat terik. Sebetulnya saya tidak masalah tetapi kawan baru (guide)saya menghendaki demikian untuk menghemat tenaga kali ya......Setelah persiapan dirasa cukup, maka berangkatlah kami jelan menembus hutan dengan jalan tanah debagian batu. Perjalanan diawali jalan yang cukup menanjak walaupun tidak tajam. Beberapa kali sebrangi sungai kecil, dengan jalan tertatih hati hati langkah harus menginjak batu di kegelapan malam, menjelang maghrib turun hujan walau tidak deras tapi cukup membikin baju basah, untung  membawa jas hujan, cukuplah untuk mengurangi basah baju. Senter sudah siap di tangan menyambut gelap dengan langkah hati hati mana licin lagi, beberapa kali terpaksa terpeleset tapi untuk tidak sampai jatuh berguling.


                                             Istirahat sejenak di teras rumah suku badui luar

Malam itu terdengar sayup2 bunyi seperti bunyi motor / mobil, ternyata itu bunyi bambu yang dilubangi layaknya suling raksasa yang terkena angin malam.... heheh. beberapa kali kami istirahat duduk diteras rumah suku badui luar dan dalam.
Menjelang sampai pemukiman badui dalam, jalan menenjak cukup tajam, ada tiga tanjakan tajam sepanjang kira2 100m - 150 m tiap tanjakan, cukup bikin ngosngosan juga sih.... tapi karena jalan malam mungkin ga terlalu dirasa cape....
akhirnya sekitar jam 21:30 sampailah kami di pemukiman suku badui dalam. Kawan saya sudah wanti wanti untuk tidak memfoto atau mengeluarkan HP atau kamera. Kami disambut pemilik rumah rumah yang rupanya sudah akan istirahat tidur, karena diketok pintu oleh teman saya jadi keluarlah .......oh ya guide saya ini kebetulah ketua penggagas wisata budaya Badui di Ciboleger.
Penghuni rumah terdiri sepasang suami istri dengan anak dan menantu dan seorang cucu berusia 4 bulan. Malam itu juga kami keluarkan semua perbekalan dan langsung dimasak oleh ibu pemilik rumah dibantu anaknya. Malam itu kami makan dengan enaknya walaupun hanya dengan lauk ikan asin dan kecap, cabe... mungkin karena lapar sehabis jalan kaki 4 jam. Benar juga mereka memang tidak menggunakan perkakas modern seperti kompor, lampu tempel bahkan tidurpun hanya beralaskan tikar, tidak ada kasur apalagi spring bed...hahaha...... penerangan mereka hanya pake kain kecil yang dicelup minyak kelapa di cawan kecil dan ujungnya dibakar sbg sumbunya. mereka minum denga ruas bambu yang dipotong pendek, tidak ada gelas atau cangkir. tapi mereka punya mangkok. Sebagai pengganti peralatan masak mereka pakai tembikar dari tanah liat memasak dengan kayu bakar.



makan malam kami tampak potongan ruas bambu (kiri bawah) sbg pengganti gelas untuk minum. Mereka benar-benar hidup dari hasil alam/hutan. Kata temanku, tiap tahun ada semacam sidak yang dilakukan oleh ketua suku (Raja) jika ada barang barang dari peradaban modern, langsung disita dan dibakar.

Setelah selesai makan malam, kami berbaring di atas tikar untuk segera istirahat karena besuk kami harus jalan kaki kembali ke ciboleger. tiba tiba kami didikrjutkan batuk dari cucu, beberapa kali batuk, saya tanya apa sudah diperiksakan ke dokter,,, jawab teman saya mereka tidak pernah mau diperiksa dokter, mereka punya cara sendiri untuk mengobati penyakit jika mereka sakit. Mengobati dengan ramuan dan daun yang tumbuh di hutan.

Malam itu saya tidur pulas sampai terbangun jam05:00, segera sholat subuh, keluar melihat menghirup udara segar, terlihat beberapa ibuibu dan bapak suku badui memulai aktifitas pagi, mereka tidak memakai alas kaki, berpakaian putih dan ikat kepala putih, celana hitam. Sayang kami tidak diperbolehkan memfoto....hhhh.... Eh pagi itu ada penjual ikan dari luar kampung, mereka menjual ikan dan sayuran. Suku Badui Dalam untuk mendapatkan penghasilan mereka menjual barang cinderaa mata dan kain tenun kepada wisatawan yang berkunjung, kadang juga hasil pertanian jika berlebih misal jual durian, kelapa atau buah yg lainnya.

Kami makan pagi seadanya seperti yang kita makan tadi malam ...... tapi ya enak saja sih... apalagi saya memang terbiasa naik gunung, biasa makan seadanya....kami berpamitan untuk pulang. sebelum berangkat saya berikan uang 150 rb untuk ibu penghuni rumah.

Kami berjalan kaki pagi ini disambut udara pagi hutan Lebak yang bersih dan sejuk, keluar sedikit dari pemukiman, kami menjumpai kali yang airnya jernih... haii kami putuskan untuk mandi dulu di kali, pada mulanya takut dingin .... tapi nekat sajalah ...byuuur... waah airnya sejuk jernih, kata teman sungai inilah yang jadi tempat mandi orang badui dalam, sungainya dangkal banyak bebatuan, tapi tetap saja tidak boleh pakai sabun, apalagi sampo....waaaah..ahahah...segaaar...segaaar.

setelah mandi kami lanjutkan perjalanan, untuk menemui sang pemimpin / raja suku Badui. sesuai aturan adat, kami tidak boleh jabat tangan dengan sang kepala suku. Nah kebetulan disitu juga ada Jaro (semacam lurah/kepala desa) kami ngobrol memperkenalkan diri. memang dari tutur katanya lebih berwibawa dan kulinya bersih serta berperawakan cukup tinggi dengan besar badan ideal tidak gemuk. Setelah beramah tamah ngobrol sebelum melanjutkan perjalanan pulang, kami didoakan dan di beri wejangan oleh kepala suku. Tak lupa saya selipkan 100 rb untuk beliau.
mulailah kami melanjutkan perjalanan turun kembali ke ciboleger.


                                       
                                          perjalanan kembali ke Ciboleger




                                       
                                       Lumbung hasil pertanian agak jauh dari perkampungan                          
                                       (difoto diam-diam saat sepi )

                                                   
                                                    pancuran air kali, jernih segaaar




Sepanjang perjalanan keluar perkampungan Badui, hujan turun walaupun tidak begitu deras, jalan berbatu sehingga tidak begitu licin tetapi tetap saja perlu hati hati, oh ya rute perjalalan naik dan turun kami ambil jalur berbeda. Untuk menuju ke kmpung Badui Dalam rupanya ada beberapa jalur, yang jelas selama perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah dan udara hutan pegunungan yang segar. Apalagi ini musim durian, beberapa kali kami jumpai pemetik durian sedang memanjat pohon durian setinggi sekitar 20-30 m.... ngeriii..... pagi itu dalam perjalanan kami juga menemukan durian jatuh.. tapi masih muda sepet.... hahahah..... Sesampai di perkampungan badui luar, kami istirahat sejenak di warung sekedar makan supermie goreng, ngopi sambil melepas penat....






                                              Perkampungan suku Badui Luar


                                         Perkampungan suku Badui Luar




                                                    Jembatan Akar di area Badui Luar


Tepat jam 11:30 sampailah kami di Ciboleger, dan jam 13:00 saya naik ELF ( mobil angkot terakhir ) kembali ke Rangkasbitung.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk perjalanan masuk perkampungan Badui Dalam :

1. Persiapkan kondisi fisik yang fit dan sehat
2. perlengkapan Outdoor ( Backpack, jas hujan, lampu senter / head lamp, tempat air minum )
3. Sepatu /sandal gunung.
4. Obat obatan yang biasa diperlukan
5. obat nyamuk oles
6. makanan secukupnya yang akan dimasak penghuni rumah (ikan asin, mie, nasi,garam,gula kopi)

oke sekian saja dulu cerita dari perjalanan masuk perkampungan Badui Dalam di pedalaman Lebak Banten.

trims sampai jumpa di adventure berikut