Selasa, 18 Desember 2018

KE PEMUKIMAN BADUI DALAM DESA CIBEO LEBAK,BANTEN



 PEMUKIMAN SUKU BADUI DALAM

Pertengahan Desember 2018, saya bersolo traveling dengan tujuan masuk ke pemukiman suku Badui Dalam, penasaran aja sih mau lihat bagaimana kehidupan suku yang hingga kini menolak segala jenis hasil modernisasi. Suku Badui terbagi menjadi dua yaitu suku badui dalam yang menolak segala bentuk peradapan modern (tanpa ada HP, TV, sabu, sampo, dll,bahkan sandalpun mereka tidak memakainya) dan suku badui luar yang sudah beradaptasi dengan kehidupan modern, mereka sudah biasa memakai handphone, memasak juga dengan kompor gas.

Oke pagi jam 06:00 saya sudah pesan gojek menuju stasiun Tanahabang.... ongkos cash Rp 40000.  wuuush.... jam 07:00 sampailah saya di stasiun Tanah abang dengan diselingi bbrapa kali salah jalan.... maklun driver gojek kayaknya ga hapal jalan sekitar stasiun...hehehe.
setelah membeli tiket seharga Rp8.000, murah yah...Jam 07:50 Kereta commuter jurusan Rangkasbitung mulai berangkat, dan jam 10:00 sampailah di stasiun Rangkasbitung.
Keluar dari stasiun saya naik ELF jurusan Ciboleger dengan biaya Rp 25000,-. Dengan melalui jalan berkelok dengan pemandangan menawan selama perjalanan yang memakan waktu 2,5 jam, sampailah saya ke desa ciboleger yang merupakan pintu gerbang masuk pemukiman Badui.





                                             Patung keluarga dua anak desa Ciboleger

Sesampainya di desa sudah ada banyak pengunjung dari siswa sekolah maupun umum yang siap siap untuk naik ke lokasi pemukiman suku Badui. Begitu turun dari kendaraan saya langsung disambut oleh pemuda setempat yang bersedia mengantar saya ke pemukiman badui dalam di desa cibeo. Disitu juga ada beberapa pemuda baik suku badui dalam (berikat kepala putih dan baju putih, maupun dari suku badui luar yang berikat kepala hitam pakaian hitam)
Hari itu panas terik menyengat saya istirahat sebentar, sholat jamak dhuhur dan ashar. Serta mempersiapkan perbekalan terutama ikan asin (yang paling disuka ), kopi teh yang akan dimasak oleh pemilik rumah yang nanti untuk saya menginap. Kata teman baru saya itu ga perlu bawa beras segala cukuplah. Uniknya lagi teman saya ini mau mempertemukan saya dengan raja (kepala suku) Badui Dalam..... (hehehe ... yah itung itung beramal dan ingin tau aja sosok kepala suku Badui dalam)...
Kami berdua rencana mulai naik sore sekitar jam 17:00 agak teduh, karena siang ini sangat terik. Sebetulnya saya tidak masalah tetapi kawan baru (guide)saya menghendaki demikian untuk menghemat tenaga kali ya......Setelah persiapan dirasa cukup, maka berangkatlah kami jelan menembus hutan dengan jalan tanah debagian batu. Perjalanan diawali jalan yang cukup menanjak walaupun tidak tajam. Beberapa kali sebrangi sungai kecil, dengan jalan tertatih hati hati langkah harus menginjak batu di kegelapan malam, menjelang maghrib turun hujan walau tidak deras tapi cukup membikin baju basah, untung  membawa jas hujan, cukuplah untuk mengurangi basah baju. Senter sudah siap di tangan menyambut gelap dengan langkah hati hati mana licin lagi, beberapa kali terpaksa terpeleset tapi untuk tidak sampai jatuh berguling.


                                             Istirahat sejenak di teras rumah suku badui luar

Malam itu terdengar sayup2 bunyi seperti bunyi motor / mobil, ternyata itu bunyi bambu yang dilubangi layaknya suling raksasa yang terkena angin malam.... heheh. beberapa kali kami istirahat duduk diteras rumah suku badui luar dan dalam.
Menjelang sampai pemukiman badui dalam, jalan menenjak cukup tajam, ada tiga tanjakan tajam sepanjang kira2 100m - 150 m tiap tanjakan, cukup bikin ngosngosan juga sih.... tapi karena jalan malam mungkin ga terlalu dirasa cape....
akhirnya sekitar jam 21:30 sampailah kami di pemukiman suku badui dalam. Kawan saya sudah wanti wanti untuk tidak memfoto atau mengeluarkan HP atau kamera. Kami disambut pemilik rumah rumah yang rupanya sudah akan istirahat tidur, karena diketok pintu oleh teman saya jadi keluarlah .......oh ya guide saya ini kebetulah ketua penggagas wisata budaya Badui di Ciboleger.
Penghuni rumah terdiri sepasang suami istri dengan anak dan menantu dan seorang cucu berusia 4 bulan. Malam itu juga kami keluarkan semua perbekalan dan langsung dimasak oleh ibu pemilik rumah dibantu anaknya. Malam itu kami makan dengan enaknya walaupun hanya dengan lauk ikan asin dan kecap, cabe... mungkin karena lapar sehabis jalan kaki 4 jam. Benar juga mereka memang tidak menggunakan perkakas modern seperti kompor, lampu tempel bahkan tidurpun hanya beralaskan tikar, tidak ada kasur apalagi spring bed...hahaha...... penerangan mereka hanya pake kain kecil yang dicelup minyak kelapa di cawan kecil dan ujungnya dibakar sbg sumbunya. mereka minum denga ruas bambu yang dipotong pendek, tidak ada gelas atau cangkir. tapi mereka punya mangkok. Sebagai pengganti peralatan masak mereka pakai tembikar dari tanah liat memasak dengan kayu bakar.



makan malam kami tampak potongan ruas bambu (kiri bawah) sbg pengganti gelas untuk minum. Mereka benar-benar hidup dari hasil alam/hutan. Kata temanku, tiap tahun ada semacam sidak yang dilakukan oleh ketua suku (Raja) jika ada barang barang dari peradaban modern, langsung disita dan dibakar.

Setelah selesai makan malam, kami berbaring di atas tikar untuk segera istirahat karena besuk kami harus jalan kaki kembali ke ciboleger. tiba tiba kami didikrjutkan batuk dari cucu, beberapa kali batuk, saya tanya apa sudah diperiksakan ke dokter,,, jawab teman saya mereka tidak pernah mau diperiksa dokter, mereka punya cara sendiri untuk mengobati penyakit jika mereka sakit. Mengobati dengan ramuan dan daun yang tumbuh di hutan.

Malam itu saya tidur pulas sampai terbangun jam05:00, segera sholat subuh, keluar melihat menghirup udara segar, terlihat beberapa ibuibu dan bapak suku badui memulai aktifitas pagi, mereka tidak memakai alas kaki, berpakaian putih dan ikat kepala putih, celana hitam. Sayang kami tidak diperbolehkan memfoto....hhhh.... Eh pagi itu ada penjual ikan dari luar kampung, mereka menjual ikan dan sayuran. Suku Badui Dalam untuk mendapatkan penghasilan mereka menjual barang cinderaa mata dan kain tenun kepada wisatawan yang berkunjung, kadang juga hasil pertanian jika berlebih misal jual durian, kelapa atau buah yg lainnya.

Kami makan pagi seadanya seperti yang kita makan tadi malam ...... tapi ya enak saja sih... apalagi saya memang terbiasa naik gunung, biasa makan seadanya....kami berpamitan untuk pulang. sebelum berangkat saya berikan uang 150 rb untuk ibu penghuni rumah.

Kami berjalan kaki pagi ini disambut udara pagi hutan Lebak yang bersih dan sejuk, keluar sedikit dari pemukiman, kami menjumpai kali yang airnya jernih... haii kami putuskan untuk mandi dulu di kali, pada mulanya takut dingin .... tapi nekat sajalah ...byuuur... waah airnya sejuk jernih, kata teman sungai inilah yang jadi tempat mandi orang badui dalam, sungainya dangkal banyak bebatuan, tapi tetap saja tidak boleh pakai sabun, apalagi sampo....waaaah..ahahah...segaaar...segaaar.

setelah mandi kami lanjutkan perjalanan, untuk menemui sang pemimpin / raja suku Badui. sesuai aturan adat, kami tidak boleh jabat tangan dengan sang kepala suku. Nah kebetulan disitu juga ada Jaro (semacam lurah/kepala desa) kami ngobrol memperkenalkan diri. memang dari tutur katanya lebih berwibawa dan kulinya bersih serta berperawakan cukup tinggi dengan besar badan ideal tidak gemuk. Setelah beramah tamah ngobrol sebelum melanjutkan perjalanan pulang, kami didoakan dan di beri wejangan oleh kepala suku. Tak lupa saya selipkan 100 rb untuk beliau.
mulailah kami melanjutkan perjalanan turun kembali ke ciboleger.


                                       
                                          perjalanan kembali ke Ciboleger




                                       
                                       Lumbung hasil pertanian agak jauh dari perkampungan                          
                                       (difoto diam-diam saat sepi )

                                                   
                                                    pancuran air kali, jernih segaaar




Sepanjang perjalanan keluar perkampungan Badui, hujan turun walaupun tidak begitu deras, jalan berbatu sehingga tidak begitu licin tetapi tetap saja perlu hati hati, oh ya rute perjalalan naik dan turun kami ambil jalur berbeda. Untuk menuju ke kmpung Badui Dalam rupanya ada beberapa jalur, yang jelas selama perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah dan udara hutan pegunungan yang segar. Apalagi ini musim durian, beberapa kali kami jumpai pemetik durian sedang memanjat pohon durian setinggi sekitar 20-30 m.... ngeriii..... pagi itu dalam perjalanan kami juga menemukan durian jatuh.. tapi masih muda sepet.... hahahah..... Sesampai di perkampungan badui luar, kami istirahat sejenak di warung sekedar makan supermie goreng, ngopi sambil melepas penat....






                                              Perkampungan suku Badui Luar


                                         Perkampungan suku Badui Luar




                                                    Jembatan Akar di area Badui Luar


Tepat jam 11:30 sampailah kami di Ciboleger, dan jam 13:00 saya naik ELF ( mobil angkot terakhir ) kembali ke Rangkasbitung.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk perjalanan masuk perkampungan Badui Dalam :

1. Persiapkan kondisi fisik yang fit dan sehat
2. perlengkapan Outdoor ( Backpack, jas hujan, lampu senter / head lamp, tempat air minum )
3. Sepatu /sandal gunung.
4. Obat obatan yang biasa diperlukan
5. obat nyamuk oles
6. makanan secukupnya yang akan dimasak penghuni rumah (ikan asin, mie, nasi,garam,gula kopi)

oke sekian saja dulu cerita dari perjalanan masuk perkampungan Badui Dalam di pedalaman Lebak Banten.

trims sampai jumpa di adventure berikut




Tidak ada komentar:

Posting Komentar